Cerpen oleh : Richah Tristiawati, S.Pd
13 Juli 2006
Patah hati! semua orang yang pernah mengenal arti jatuh cinta pasti telah mengenal kata tersebut, kata yang telah akrab ditelinga masyarakat yang gila cinta. Jatuh cinta memang berjuta indah yang tercipta tapi berjuta pula sakit terperih yang tak terkira. Bahkan Ari Lasso telah mengumandangkannya dalam bentuk syair lagu yang indah.Oh Tuhan tolonglah aku sedang patah hatiyang baru saja kualamiOh Tuhan ternyata rasa ini sungguh perihbenar apa yang mereka katakan...
Itulah rasa yang kini sedang kualami, rasa yang benar-benar sakit. Rasa hancur bagai tak bertuan, kelimpungan kehilangan pegangan, kehilangan arah karena tak tahu ingin kemana aku melangkah. Rasa sakit yang tak tahu apa obat yang paling mujarap untuk mengusir rasa sakit tersebut. Tuhan seperti sedang menguji mentalku dengan memberikan rasa ini kepadaku.Seandainya waktu bisa aku putar sekejap saja, aku sangat ingin mempertahankannya. Hanya tinggal dua bulan lagi, genap sudah usia pacaran kami setahun tapi semuanya berakhir karena kesalahanku yang tak bisa termaafkan di matanya.Seandainya saat itu aku tak mendesaknya dan kami tidak mengandalkan emosi yang memenangkan perasaan kami, mungkin nasib cintaku hingga sekarang masih bisa diselamatkan.Bodohnya aku, menyesali sesuatu yang tak mungkin bisa kembali dengan begitu mudahnya, apa aku salah jika aku ingin memperbaikinya dan mengulang masa-masa indah bersamanya? tapi kini yang ada di dalam hatinya, aku hanyalah sebatas teman biasa tak lebih. Secepat itukah dia melupakan aku. Padahal bayangannya masih melekat indah dalam otakkku, tertanam seakan tak ingin lepas dari memoriku.-*-
11 Juli 2006
Cewek mana yang ingin cintanya digantung? selama sebulan lebih sejak ultahku bulan Mei, dia tak pernah menghubungiku bahkan saat ia bekerja ke Kota Mojokerto aku pun tak tahu-menahu. Setiap aku hubungi tak pernah mendapat respon darinya.Kesal dengan sikapnya yang terus-terusan menghindariku, akhirnya aku beranikan diri untuk menyapanya terlebih dahulu. Dan kebetulan saat itu ada acara bulanan yakni istighotsah rutin yang diadakan oleh alumni angkatan 2004 jadi aku bisa bertemu dengannya."Chan, bisa minta waktunya sebentar?" Tanyaku saat ia akan pulang.Kami berdua menepi di pinggir jalan."Chan, aku ingin menanyakan sesuatu sama kamu. Tentang hubungan kita berdua."Tak ada tanggapan darinya. Hanya kebisuan yang menyelimuti perasaan kami masing-masing. Hanya deru kendaraan bermotor yang bisa menyahuti keheningan malam yang begitu mencekam."Chan, hubungan kita sekarang apa? pacar atau sekedar teman?" Tanyaku pelan."Terserah!!!" Ucapnya acuh dan berpaling muka."Chan, aku serius, hubungan kita sudah tidak sehat. Kamu menggantung aku tanpa kamu tau perasaanku, tanpa aku tau apa salah yang telah aku perbuat sampai kamu tega berbuat ini padaku."Chandra mulai menjelaskan meski dengan raut muka yang kurang menyenangkan. Ia tampak serius mengupas tiap detail salah yang pernah aku perbuat padanya, yang tanpa aku sadari.Vonis bersalah bertubi-tubi ia alamatkan padaku, mengundang pikiran otakkku untuk mengingat kembali tentang salahku. Tuhan, semua isi hatinnya selama ini keluar semua. Dia yang aku kenal begitu tertutup sekarang bisa bicara blak-blakan tentang semua salahku. Orang yang aku anggap selalu mengalah, akhirnya bisa juga bergejolak. Aku hanya bisa diam mendengar semua pengakuanya tentang salahku, karena aku sudah mengakui semua memang salahku dan semua yang dia katakan memang benar adanya."Oh, jadi itu semua salahku, thank's udah mau jujur dan terbuka sama aku tapi aku dan Mas Putra hanya sekedar adik-kakak gak lebih. Hubungan aku cuma sebatas partner dalam pembina Pramuka."Ada satu salahku yang gak bisa aku terima, karena semua itu butuh waktu dan proses. Yakni tentang penggunaan jilbab yang harus setia menemani kemana pun aku pergi."Kamu tuh keras kepala! disuruh pake' jilbab aja susahnya minta ampun padahal itu juga demi kebaikan kamu," Ucapnya dengan nada rendah."Tapi aku udah berusaha, dan kamu bisa lihat sekarang aku memakainya setiap waktu," Belaku tak terima."Iya, karena terpaksa bukan dari hati."Duer......bagai disampar petir kala hujan tiba, saat ucapan itu meluncur dari bibirnya dengan mudahnya dia berpikir hal demikian.Tuhan, apakah jawaban itu yang harus aku dengar dari bibir orang yang aku sayangi. Padahal aku sudah berusaha berubah meskipun awalnya memang karena dia, karena lingkungannya dia yang mengharuskan aku memakai jilbab. Aku gak mungkin langsung merubah diriku secara drastis, semuanya butuh proses tidak semudah membalik telapak tangan. Tapi tetap saja dia tak mau mengarti, jika sudah begini siapa yang keras kepala?siapa yang memaksa egonya?"Oke, semua salahku, sekarang apa keputusanmu?""Lama dia terdiam tak menjawab pertanyaan dariku. Chandra yang ada di depanku bukanlah Chandra yang aku kenal dulu. Chandra yang selalu memberi aku pertunjuk, yang selalu membimbing aku menuju kedewasaan, menjadikan aku lebih baik dari sebelumnya.
Semuanya sirna pada malam ini, apa dia telah memiliki pengganti diriku selama sebulan ini?apa dia sudah melupakan aku karena kesalahanku? Chandra di depanku adalah Chandra yang misterius, Chandra yang tak bisa ceria seperti biasanya. Pikiranku jadi negatif tentangnya.
"Kita jalan sendiri-sendiri dulu,"Ucapnya buka suara."Finish?" Ucapku terbata."Ya!!!" Ucapnya ragu tapi pasti."Baiklah, terima kasih atas semua yang telah kamu berikan selama ini padaku. Maaf jika selama ini aku banyak salah sama kamu.""Sama-sama. Semoga kamu bisa dapatkan laki-laki yang lebih baik dari aku.""Amin...terima kasih."Kami saling berjabat tangan dan pulang ke rumah masing-masing dengan harapan baru yang mungkin tak lebih baik dari hari sebelumnya.-*-
Dua sohib kentalku, Iin dan Via sudah menunggu di depan rumah Via. Tangis yang tertahan saat di depan Chandra kini telah tumpah, terurai tak terkendali. Buliran air mata membasahi pipiku tanpa ingin berhenti. Mlihat kejadian ini kedua sohibku semnakin panik."Ada apa Cha?" Tanya Via panik."Aku baru putus sama Chandra!"."Ha....yang benar Cha, jangan bercanda!" Introgasi Iin."Apa masalahnya?" Tanyanya bersamaan."Biarlah semua jadi rahasiaku dan dia."-*-
Malam ini terakhir aku mengenangnya, terakhir aku mengingat senyum dan kebaikannya, dan terakhir aku menangis untuknya.Kenapa semua hal manis yang telah aku susun menjadi hancur berantakan hanya karena sesuatu hal yang bodoh. Kenapa semuanya harus berakhir di saat aku ingin merubah diri aku dan menjalani hubungan serius dengan seseorang, ternyata Tuhan belum mengizinkan aku bisa menemukan cinta sejati ku.Menyebalkan.....kenapa air mata ini tak jua ingin berhenti manetes dari sela-sela mataku. Kenapa terus-menerus membanjiri pipi ini hingga aku takut keluar kamar. Aku takut orangtua ku tau hal yang sebenarnya terjadi padaku. Aku tak ingin mereka melihat buliran air mata dan pembengkakkan yang tak terencana ini. Sungguh rasanya, aku hilang harapan untuk melanjutkan hari esok.
Jam dinding menunjukkan pukul satu dini hari, dari pada aku menangis tak ada gunanya lebih baik aku ambil wudhu dan shalat malam, siapa tau perasaan ku akan jadi lebih tenang setelah shalat.Hari ini aku berdoa, semoga hari esok menjadi hari yang lebih baik meski tanpa dia di sisiku dan akan menjadi sama seperti saat dia berada di sisisku. Semoga aku selalu di beri ketabahan dan kesabaran dalam menerima setiap coba yang datang padaku. Dan semoga aku menjadi lebih dewasa dan selektif dalam memilih pasangan yang akan mendampingi aku kelak. Amin...Jika Tuhan telah menggariskan sesuatu untukku pasti itu adalah jalan yang terbaik untukku dan masa depanku. Mungkin saja, dia memang bukan jodohku tapi bagiku keluarga dia adalah keluarga kedua bagiku. Aku gak akan memutus tali silaturami pada keluarganya, karena aku sudah telanjur sayang pada kelurganya.-*-
12 Juli 2006
Pagi ini aku sudah bertekat untuk membicarakan masalah ini pada Bundaku. Tanggapan Bunda hanya datar tapi sangat bermakna untukku."Mungkin dia bukan jodohnya Kakak, dan Kakak gak boleh patah semangat hanya karena masalah ini. Kakak masih punya keluarga yang akan terus mendukung kakak" Ucap Bunda Filosofis.Meski sulit kubayangkan tanpa ada dia di sisi tapi aku harus mencobanya. Meski gak akan ada lagi orang yang akan menghiburku saat aku sedih, aku akan tetap bahagia. Meski gak akan ada orang yang memberi aku dukungan saat aku down, aku tetap aku terus maju. Kini gak akan ada lagi orang yang bisa aku kirimi puisi amatir, gak akan ada lagi orang yang bisa memberi komentar pada saat aku membuat cerpen, gak akan ada orang yang marah saat aku panggil A'a, gak akan ada orang yang bisa aku ajak berbagi dan memecahkan tiap permasalahanku.Satu malam menangis karena Chandra tak akan pernah aku sesali karena kenangan indah bersamanya sulit untuk dihapus walau sang waktu akan menggantikan dia dengan orang lain di hatiku dan dia menemukan wanita yang disayangi.
By. Cha2
adalah guru Bahasa dan Sastra Indonesia